Musim penghujan yang tak bersahabat telah menutup
tahun 2010. Namun mengawali tahun 2011 pun tak kunjung reda, malah
telah banyak menimbulkan bencana dimana-mana. Sudah tak terhitung berapa
banyak peristiwa banjir dan longsor yang setiap pekan menghiasi headline
pemberitaan di media tanah air. Banjir besar telah melanda berbagai
kawasan di Indonesia, menenggelamkan ratusan hektar sawah, menghanyutkan
puluhan ternak, merusak tambak-tambak budidaya ikan, dan membusukan
budidaya pertanian sayuran. Lihat saja bagaimana cuaca saat ini
mematikan hasil panen para petani cabai, sehingga harga cabai begitu
melambung harganya di pasaran. Tak di pungkiri saat ini alam sedang tak
bersahabat pada beberapa komoditi pertanian hortikultura.
Tak ubahnya sebuah badai besar pasti akan berlalu jua. Keyakinan di setiap suatu fenomena alam besar, pasti alam pun menyajikan sesuatu yang khusus pula. Ya di musim penghujan inilah kita akan mudah menjumpai ujung-ujung daun muda, cendawan, atau tunas bambu yang bisa dijadikan bahan pangan. Umumnya sayuran dan cendawan telah banyak di budidayakan, sehingga walau tak musim hujan pun kita dapat menemukannya di pasar maupun di super market. Namun tunas bambu muda atau rebung umumnya akan kita jumpai lebih banyak di musim ini. Pada daerah pedesaan di Indonesia bila memasuki musim penghujan seperti sekarang, kita akan dengan mudah menjumpainya. Maka tak heran bagi sebagian masyarakat kita menyebut rebung sebagai sumber pangan bersahabat di musim yang tak bersahabat. Rebung yang tak lain adalah anakan dari tanaman bambu.
Bambu
Bambu merupakan tanaman jenis rumput-rumputan. Ciri khas tanaman ini adalah berupa batang berongga dan beruas-ruas. Tumbuhan ini banyak sekali jenisnya dan mudah di jumpai di seluruh wilayah Insdonesia. Tanaman bernama latin Dendrocalamus asper juga memiliki nama lain seperti buluh, aur, dan eru. Pada kondisi tanah dan klimatologi tertentu tempat hidupnya sangat mempengaruhi percepatan pertumbuhan tanaman ini. Pada daerah yang cocok tanaman ini dalam sehari mampu tumbuh sepanjang 24 inchi atau sekitar 60 cm. Dengan sistem rhizome yang unik dan bersifat dependen tanaman ini menjadi salah satu tanaman dengan pertumbuhan tercepat di dunia.
Setunas bamboo, Sumber gambar : wikipedia
Tunas muda tanaman bambu yang muncul di permukaan dasar rumpun adalah bagian yang kita kenal sebagai rebung. Bagian inilah yang dimanfaatkan orang sebagai sumber makanan. Tunas bambu muda tersebut enak dimakan, sehingga digolongkan ke dalam sayuran. Rebung dalam bahasa inggris dikenal dengan sebutan bamboo shoot .
Rebung tumbuh di bagian pangkal rumpun bambu. Berbentuk kerucut dan pada bagian luarnya biasanya dipenuhi oleh lugut (rambut bambu) yang dapat membuat gatal bila terkena kulit.
Tanaman ini digolongkan dalam klasifikasi botani sebagai berikut
Kelas : Monocotyle doneae,
ordo : Graminales,
subfamily : Dendrocalamae,
genus : Dendrocalamus,
spesies : Dendrocalamus asper
Sebenarnya rebung dapat di panen sepanjang tahun. Akan tetapi panen raya rebung terjadi pada musim hujan, yaitu antara bulan Desember-Februari. Pada saat musim hujan, dengan intensitas yang tinggi, tunas-tunas bambu mudah kita jumpai bermunculan di rumpun-rumpun tanaman ini. Biasanya rebung dipanen saat tingginya telah mencapai 20 cm dari permukaan tanah, dengan diameter batang sekitar 7 cm.
Keterlambatan memanennya dalam 2-4 bulan saja rebung akan segera berubah menjadi tanaman bambu lengkap. Bagi masyarakat pedesaan mereka telah akrab dengan cara memanen tunas muda ini. Rebung yang diambil adalah rebung yang tidak bisa tumbuh dewasa. Memang tidak semua rebung yang tumbuh dapat hidup menjadi bambu dewasa. Ada kalanya rebung yang telah berumur beberapa minggu, tidak lagi tumbuh dan akhirnya mati. Berdasar keunikan itu tak salah kalau kita sebaiknya belajar cara memilih rebung.
Memilih Rebung
]Daerah tropis Asia termasuk Indonesia adalah habitat yang sangat baik bagi jenis rumput-rumputan ini. Tanaman ini dapat tumbuh dengan baik di dataran rendah hingga di tempat dengan ketinggian 2.000 meter di atas permukaan air laut. Namun tidak semua jenis bambu yang ada memiliki rebung yang enak di makan. Ada beberapa jenis bambu memiliki rebung yang rasanya pahit.
Oleh karena itu kita harus pandai memilih rebung yang dapat dikonsumsi dari jenis bambunya. Pada Bambu jenis apus (ping apus dalam bahasa Jawa) merupakan salah satu janis bambu yang tidak dapat diolah menjadi masakan. Rebung dari bambu jenis ini tidak enak kerena berasa pahit. Sedangkan Jenis rebung yang memiliki cita rasa enak adalah rebung kuning, rampal/suling,ori,dan ater. Sebagai juaranya rebung dari bambu betung memiliki cita rasa paling enak. Rebung tidak hanya enak dikonsumsi, tetapi juga diketahui memiliki manfaat bagi tubuh. Sumber pangan nabati ini dapat berfungsi sebagai sumber yang baik untuk kebutuhan Kalium dan sumber serat pangan.
Sumber Kalium
Sebagai sumber pangan nabati kandungan dari bahan ini telah banyak diteliti oleh para ahli.
Senyawa utama didalam rebung mentah adalah air, yaitu sekitar 91 persen. Disamping itu, rebung mengandung protein, karbohidrat, lemak, vitamin A, thiamin, riboflavin, vitamin C. Rebung juga mengandung beberapa jenis mineral antara lain kalsium, fosfor, besi, dan kalium. Kandungan kalium cukup tinggi dari bahan ini, per 100 gram rebung adalah 533 mg. Makanan yang sarat kalium, yaitu minimal 400 mg, dipercaya dapat mengurangi risiko stroke.
Sumber Serat Pangan
Rebung memiliki kandungan serat yang cukup baik. Kandungan serat pangan pada rebung adalah 2,56 persen, lebih tinggi dibandingkan jenis sayuran tropis lainnya, seperti kecambah kedelai (1,27 persen), ketimun (0,61 persen), dan sawi (1,01 persen).
Serat pangan adalah senyawa berbentuk karbohidrat kompleks yang banyak tedapat pada dinding sel tanaman pangan. Telah diketahui bahwa serat pangan memiliki sifat tidak dapat dicerna dan diserap oleh saluran pencernaan manusia. Namun serat ini memilki fungsi sangat vital bagi pemeliharaan kesehatan, pencegahan penyakit, dan sebgai komponen penting dalam terapi gizi. Kurangnya konsumsi serat yang paling popular adalah mengakibatkan susah buang air besar. Pada penelitian selanjutnya di bidang kesehatan diketahui defisiensi serat dapat menyebabkan timbulnya penyakit. Beberapa penyakit tersebut adalah aterosklorosis (penyumbatan pembuluh darah), koroner, diabetes melitus (kencing manis), hiperkolesterolemia (kelebihan kolesterol), hipertensi, hiperlipidemia (kelebihan lemak), dan kanker kolon (usus besar).
Mengenal tentang rebung dan beberapa manfaatnya mengingatkan saya tentang cerita dibalik sebuah rebung. Inilah sebuah enekdot ringan yang tak jauh dari si tunas bambu itu.
Anekdot tentang rebung
Entah kapan tepatnya saya hampir lupa, tentang cerita yang cukup menggelikan terkait bahan pangan yang satu ini. Tepatnya di kota Yogya dikisahkan sepasang turis mancanegara sedang berwisata kuliner. Mereka berasal dari daratan Eropa yang memang sulit menjumpai tanaman ini di negara asalnya. Mereka mendapati sebuah warung lesehan yang menyajikan beberapa menu berbahan dasar rebung. Dengan penasaran mereka memesan dan mencoba menikmatinya.
Gulai rebung , Sumber : freewebs. com
lumpia isi rebung, Sumber : dapoerkoe.wordpress.com
” …hmm delicious.. gumam mereka”. Mereka pun menghampiri pelayan dan menanyakan terbuat dari apa makanan yang sungguh lezat tersebut. Dengan penjelasan singkat sang pelayan mengatakan bahwa makanan tersebut adalah hasil olahan rebung yaitu tunas bambu yang masih muda.
Lalu apa yang ada di otak sang turis ? ia pun berkata ” ..hemmm yang muda saja enak apalagi yang sudah tua ya..” ( dengan logat Indonesia yang terbata-bata…)
Kontan saja komentar sang turis menjadi sumber gelak tawa pengunjung yang lain. Sekejap saja si turis pun menjadi bengong ” what wrong ? ” pikirnya. Dengan senyum manis yang mengembang sang pelayan menjelaskan pada turis tadi. Bahwa bambu muda memang enak di olah menjadi sayur, namun jika bambu yang sudah tua akan keras dan tak bisa dimakan, Jadi tidak benar jika ” ….yang muda saja enak apalagi yang sudah tua” Entah dengan analogi apa yang ada di kepala sang turis hingga mereka berkata seperti itu. Mungkin mereka terbiasa dengan istilah ” tua-tua keladi, he..he… makin tua makin menjadi “. Ah dasar bule..pikir sang pelayan.
Satu lagi sebuah ledekan dalam bahasa jawa umumnya masih terkait soal rebung. Orang tua jaman dulu sering mengatakan pada putra-putrinya agar jangan terlalu banyak makan sayur rebung, kalo tak mau nanti bisa jadi ” rai ge’dhek” . Arti istilah ” rai ge’dhek ” adalah bermuka ge’dhek ( ayaman bambu ) yaitu berkonotasi orang yang tidak punya rasa malu. Ya ..tidak punya rasa malu seperti para koruptor. Seberapapun dosa-dosanya, mereka tetap menampilkan ” rai ge’dhek” di muka publik. Tak ubahnya bermuka anyaman bambu, karena kebanyakan mengkonsumsi sayur rebung. Jadi wajah mereka tak lagi peka oleh rasa risih. Benarkah koruptor suka makan sayur rebung? Walahu alam.
Apapun kisah tentang rebung itu hanyalah gurau semata, namun yang tak kalah penting adalah dengan mengenal potensi yang ada di sekitar kita, kita dapat memperkaya khasanah keragaman pangan. Sebagai salah satu tolok ukur untuk menilai tingkat survival kita di alam yang kadang tak menentu. Dengan tidak mengandalkan pada beberapa jenis bahan pangan saja yang kita konsumsi sehari-hari. Hal tersebut berarti kita akan mewariskan pada generasi penerus untuk tetap survival, dengan cara optimal memanfaatkan apa yang telah di sediakan oleh alam itu sendiri. Karena sesungguhnya alam menyediakan berbagai sumber kehidupan yang besar dan unik bagi umat manusia.
Datangnya musim penghujan dan dampak dari la nina yang cukup panjang antara bulan oktober 2010 hingga Januari 2011 saat ini tentu kehadiran tunas bambu menjadi berkah tersendiri. Bagi masyarakat pedesaan yang umumnya bisa menjual bahan pangan ini menjadi komoditi dagang, hal ini tentu sangat berarti secara ekonomi. Bahan pangan ini ikut andil menggairahkan berputarnya roda perekonomian di pasar sebagai pusat jual beli. Rebung umumnya dijual dalam bentuk utuh dan bentuk irisan-irisan tipis dengan harga bervariasi. Selain itu tunas bambu ini memberikan alternative bahan pangan sebagai salah satu kekayaan diversifikasi pangan. Dengan keunggulan ketersediannya di alam yang mudah didapat, ternyata bahan pangan ini juga bisa menyumbangkan kebutuhan akan mineral Kalium dan serat pangan yang baik untuk intake diet kita.
Jadi tak perlu lagi gengsi bukan menyantap hidangan lezat dan sehat berbahan dasar tunas bambu ini? Segera berburu hidangan ini mumpung musim penghujan belum beranjak meninggalkan kita.
Tak ubahnya sebuah badai besar pasti akan berlalu jua. Keyakinan di setiap suatu fenomena alam besar, pasti alam pun menyajikan sesuatu yang khusus pula. Ya di musim penghujan inilah kita akan mudah menjumpai ujung-ujung daun muda, cendawan, atau tunas bambu yang bisa dijadikan bahan pangan. Umumnya sayuran dan cendawan telah banyak di budidayakan, sehingga walau tak musim hujan pun kita dapat menemukannya di pasar maupun di super market. Namun tunas bambu muda atau rebung umumnya akan kita jumpai lebih banyak di musim ini. Pada daerah pedesaan di Indonesia bila memasuki musim penghujan seperti sekarang, kita akan dengan mudah menjumpainya. Maka tak heran bagi sebagian masyarakat kita menyebut rebung sebagai sumber pangan bersahabat di musim yang tak bersahabat. Rebung yang tak lain adalah anakan dari tanaman bambu.
Bambu
Bambu merupakan tanaman jenis rumput-rumputan. Ciri khas tanaman ini adalah berupa batang berongga dan beruas-ruas. Tumbuhan ini banyak sekali jenisnya dan mudah di jumpai di seluruh wilayah Insdonesia. Tanaman bernama latin Dendrocalamus asper juga memiliki nama lain seperti buluh, aur, dan eru. Pada kondisi tanah dan klimatologi tertentu tempat hidupnya sangat mempengaruhi percepatan pertumbuhan tanaman ini. Pada daerah yang cocok tanaman ini dalam sehari mampu tumbuh sepanjang 24 inchi atau sekitar 60 cm. Dengan sistem rhizome yang unik dan bersifat dependen tanaman ini menjadi salah satu tanaman dengan pertumbuhan tercepat di dunia.
Setunas bamboo, Sumber gambar : wikipedia
Tunas muda tanaman bambu yang muncul di permukaan dasar rumpun adalah bagian yang kita kenal sebagai rebung. Bagian inilah yang dimanfaatkan orang sebagai sumber makanan. Tunas bambu muda tersebut enak dimakan, sehingga digolongkan ke dalam sayuran. Rebung dalam bahasa inggris dikenal dengan sebutan bamboo shoot .
Rebung tumbuh di bagian pangkal rumpun bambu. Berbentuk kerucut dan pada bagian luarnya biasanya dipenuhi oleh lugut (rambut bambu) yang dapat membuat gatal bila terkena kulit.
Tanaman ini digolongkan dalam klasifikasi botani sebagai berikut
Kelas : Monocotyle doneae,
ordo : Graminales,
subfamily : Dendrocalamae,
genus : Dendrocalamus,
spesies : Dendrocalamus asper
Sebenarnya rebung dapat di panen sepanjang tahun. Akan tetapi panen raya rebung terjadi pada musim hujan, yaitu antara bulan Desember-Februari. Pada saat musim hujan, dengan intensitas yang tinggi, tunas-tunas bambu mudah kita jumpai bermunculan di rumpun-rumpun tanaman ini. Biasanya rebung dipanen saat tingginya telah mencapai 20 cm dari permukaan tanah, dengan diameter batang sekitar 7 cm.
Keterlambatan memanennya dalam 2-4 bulan saja rebung akan segera berubah menjadi tanaman bambu lengkap. Bagi masyarakat pedesaan mereka telah akrab dengan cara memanen tunas muda ini. Rebung yang diambil adalah rebung yang tidak bisa tumbuh dewasa. Memang tidak semua rebung yang tumbuh dapat hidup menjadi bambu dewasa. Ada kalanya rebung yang telah berumur beberapa minggu, tidak lagi tumbuh dan akhirnya mati. Berdasar keunikan itu tak salah kalau kita sebaiknya belajar cara memilih rebung.
Memilih Rebung
]Daerah tropis Asia termasuk Indonesia adalah habitat yang sangat baik bagi jenis rumput-rumputan ini. Tanaman ini dapat tumbuh dengan baik di dataran rendah hingga di tempat dengan ketinggian 2.000 meter di atas permukaan air laut. Namun tidak semua jenis bambu yang ada memiliki rebung yang enak di makan. Ada beberapa jenis bambu memiliki rebung yang rasanya pahit.
Oleh karena itu kita harus pandai memilih rebung yang dapat dikonsumsi dari jenis bambunya. Pada Bambu jenis apus (ping apus dalam bahasa Jawa) merupakan salah satu janis bambu yang tidak dapat diolah menjadi masakan. Rebung dari bambu jenis ini tidak enak kerena berasa pahit. Sedangkan Jenis rebung yang memiliki cita rasa enak adalah rebung kuning, rampal/suling,ori,dan ater. Sebagai juaranya rebung dari bambu betung memiliki cita rasa paling enak. Rebung tidak hanya enak dikonsumsi, tetapi juga diketahui memiliki manfaat bagi tubuh. Sumber pangan nabati ini dapat berfungsi sebagai sumber yang baik untuk kebutuhan Kalium dan sumber serat pangan.
Sumber Kalium
Sebagai sumber pangan nabati kandungan dari bahan ini telah banyak diteliti oleh para ahli.
Senyawa utama didalam rebung mentah adalah air, yaitu sekitar 91 persen. Disamping itu, rebung mengandung protein, karbohidrat, lemak, vitamin A, thiamin, riboflavin, vitamin C. Rebung juga mengandung beberapa jenis mineral antara lain kalsium, fosfor, besi, dan kalium. Kandungan kalium cukup tinggi dari bahan ini, per 100 gram rebung adalah 533 mg. Makanan yang sarat kalium, yaitu minimal 400 mg, dipercaya dapat mengurangi risiko stroke.
Sumber Serat Pangan
Rebung memiliki kandungan serat yang cukup baik. Kandungan serat pangan pada rebung adalah 2,56 persen, lebih tinggi dibandingkan jenis sayuran tropis lainnya, seperti kecambah kedelai (1,27 persen), ketimun (0,61 persen), dan sawi (1,01 persen).
Serat pangan adalah senyawa berbentuk karbohidrat kompleks yang banyak tedapat pada dinding sel tanaman pangan. Telah diketahui bahwa serat pangan memiliki sifat tidak dapat dicerna dan diserap oleh saluran pencernaan manusia. Namun serat ini memilki fungsi sangat vital bagi pemeliharaan kesehatan, pencegahan penyakit, dan sebgai komponen penting dalam terapi gizi. Kurangnya konsumsi serat yang paling popular adalah mengakibatkan susah buang air besar. Pada penelitian selanjutnya di bidang kesehatan diketahui defisiensi serat dapat menyebabkan timbulnya penyakit. Beberapa penyakit tersebut adalah aterosklorosis (penyumbatan pembuluh darah), koroner, diabetes melitus (kencing manis), hiperkolesterolemia (kelebihan kolesterol), hipertensi, hiperlipidemia (kelebihan lemak), dan kanker kolon (usus besar).
Mengenal tentang rebung dan beberapa manfaatnya mengingatkan saya tentang cerita dibalik sebuah rebung. Inilah sebuah enekdot ringan yang tak jauh dari si tunas bambu itu.
Anekdot tentang rebung
Entah kapan tepatnya saya hampir lupa, tentang cerita yang cukup menggelikan terkait bahan pangan yang satu ini. Tepatnya di kota Yogya dikisahkan sepasang turis mancanegara sedang berwisata kuliner. Mereka berasal dari daratan Eropa yang memang sulit menjumpai tanaman ini di negara asalnya. Mereka mendapati sebuah warung lesehan yang menyajikan beberapa menu berbahan dasar rebung. Dengan penasaran mereka memesan dan mencoba menikmatinya.
Gulai rebung , Sumber : freewebs. com
lumpia isi rebung, Sumber : dapoerkoe.wordpress.com
” …hmm delicious.. gumam mereka”. Mereka pun menghampiri pelayan dan menanyakan terbuat dari apa makanan yang sungguh lezat tersebut. Dengan penjelasan singkat sang pelayan mengatakan bahwa makanan tersebut adalah hasil olahan rebung yaitu tunas bambu yang masih muda.
Lalu apa yang ada di otak sang turis ? ia pun berkata ” ..hemmm yang muda saja enak apalagi yang sudah tua ya..” ( dengan logat Indonesia yang terbata-bata…)
Kontan saja komentar sang turis menjadi sumber gelak tawa pengunjung yang lain. Sekejap saja si turis pun menjadi bengong ” what wrong ? ” pikirnya. Dengan senyum manis yang mengembang sang pelayan menjelaskan pada turis tadi. Bahwa bambu muda memang enak di olah menjadi sayur, namun jika bambu yang sudah tua akan keras dan tak bisa dimakan, Jadi tidak benar jika ” ….yang muda saja enak apalagi yang sudah tua” Entah dengan analogi apa yang ada di kepala sang turis hingga mereka berkata seperti itu. Mungkin mereka terbiasa dengan istilah ” tua-tua keladi, he..he… makin tua makin menjadi “. Ah dasar bule..pikir sang pelayan.
Satu lagi sebuah ledekan dalam bahasa jawa umumnya masih terkait soal rebung. Orang tua jaman dulu sering mengatakan pada putra-putrinya agar jangan terlalu banyak makan sayur rebung, kalo tak mau nanti bisa jadi ” rai ge’dhek” . Arti istilah ” rai ge’dhek ” adalah bermuka ge’dhek ( ayaman bambu ) yaitu berkonotasi orang yang tidak punya rasa malu. Ya ..tidak punya rasa malu seperti para koruptor. Seberapapun dosa-dosanya, mereka tetap menampilkan ” rai ge’dhek” di muka publik. Tak ubahnya bermuka anyaman bambu, karena kebanyakan mengkonsumsi sayur rebung. Jadi wajah mereka tak lagi peka oleh rasa risih. Benarkah koruptor suka makan sayur rebung? Walahu alam.
Apapun kisah tentang rebung itu hanyalah gurau semata, namun yang tak kalah penting adalah dengan mengenal potensi yang ada di sekitar kita, kita dapat memperkaya khasanah keragaman pangan. Sebagai salah satu tolok ukur untuk menilai tingkat survival kita di alam yang kadang tak menentu. Dengan tidak mengandalkan pada beberapa jenis bahan pangan saja yang kita konsumsi sehari-hari. Hal tersebut berarti kita akan mewariskan pada generasi penerus untuk tetap survival, dengan cara optimal memanfaatkan apa yang telah di sediakan oleh alam itu sendiri. Karena sesungguhnya alam menyediakan berbagai sumber kehidupan yang besar dan unik bagi umat manusia.
Datangnya musim penghujan dan dampak dari la nina yang cukup panjang antara bulan oktober 2010 hingga Januari 2011 saat ini tentu kehadiran tunas bambu menjadi berkah tersendiri. Bagi masyarakat pedesaan yang umumnya bisa menjual bahan pangan ini menjadi komoditi dagang, hal ini tentu sangat berarti secara ekonomi. Bahan pangan ini ikut andil menggairahkan berputarnya roda perekonomian di pasar sebagai pusat jual beli. Rebung umumnya dijual dalam bentuk utuh dan bentuk irisan-irisan tipis dengan harga bervariasi. Selain itu tunas bambu ini memberikan alternative bahan pangan sebagai salah satu kekayaan diversifikasi pangan. Dengan keunggulan ketersediannya di alam yang mudah didapat, ternyata bahan pangan ini juga bisa menyumbangkan kebutuhan akan mineral Kalium dan serat pangan yang baik untuk intake diet kita.
Jadi tak perlu lagi gengsi bukan menyantap hidangan lezat dan sehat berbahan dasar tunas bambu ini? Segera berburu hidangan ini mumpung musim penghujan belum beranjak meninggalkan kita.
0 comments:
Post a Comment
Jangan membuat kata-kata yang tidak baik, karena dapat menimbulkan Spam